NO SETRUM: Pengendalian Hama Tikus Ramah Lingkungan Menggunakan Fermentasi Urine Sapi
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Achmad Soche
Jatim Agro
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim
2021
Berlanjut Lancar
Top 30 Kovablik Jatim 2021
Di tingkat nasional, serangan tikus di Jawa
Timur pada musim tanam 2020/2021 merupakan yang tertinggi di antara
provinsi lainnya. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, seperti
gropyokan, pengemposan, pemanfaatan burung hantu, dan pemagaran plastik yang
sesuai dengan prinsip penerapan hama terpadu. Namun demikian, masih terdapat
beberapa daerah yang menggunakan pengendalian berbahaya dengan penggunaan
setrum listrik dan rodentisida kimia seperti di wilayah Kecamatan Bungah
Kabupaten Gresik. Kondisi tersebut menuntut adanya alternatif pengendalian
tikus yang ramah lingkungan, seperti Ferinsa Plus.
Tikus merupakan hama utama tanaman padi di Jawa Timur yang pada tahun 2020 menyebabkan serangan seluas 19,722.98 ha (36.86%) dengan potensi kehilangan hasil mencapai 25,517.91 ton (47.05%).
Tujuan dari inovasi ini adalah (1) Meminimalisir
kehilangan hasil akibat serangan tikus; (2) Mengurangi penggunaan setrum
listrik dan rodentisida serta kejadian kecelakaan dalam pengendalian tikus, (3)
Menjaga kelestarian lingkungan dengan bahan pengendali ramah lingkungan, dan
(4) Mempercepat pemulihan tanaman terserang tikus.
Inovasi Ferinsa Plus merupakan bahan pengendali ramah lingkungan
untuk mengendalikan hama tikus yang terbuat dari bahan utama fermentasi urine
sapi dengan tambahan bahan penyerta lainnya yang dikembangkan oleh Pusat
Pelayanan Agens Hayati (PPAH) yang berawal dari ide petugas Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT).
Berdasarkan hasil aplikasi bahan pengendali
ramah lingkungan di lapangan, maka diperoleh penurunan kehilangan hasil akibat
serangan tikus di Jawa Timur 25,517.91 ton (2020) berkurang menjadi
7,197.28 Ton (2021), Luas pengendalian menggunakan setrum listrik, rodentisida
kimia dan kecelakaan yang diakibatkan di kecamatan Bungah seluas
300 ha, 64 ha dan 1 kejadian (2020) berkurang menjadi 120 ha, 14 ha dan 0
kejadian (2021). Jumlah desa yang mengaplikasikan Ferinsa
plus dari 1 desa (2020) menjadi 6 desa (2021). Pendapatan petani per
ha dengan Ferinsa Plus sebesar Rp.14.410.000,- lebih tinggi dibandingkan
tanpa penggunaan sebesar Rp. 11.680.000,-.
A. Faizin Karimi
2021-12-20 06:40:30
A. Faizin Karimi
2022-01-23 12:05:06
